image

Ditemukan Varian Baru Covid-19, Gus Jazil: Tunda Pembelajaran Tatap Muka Di Sekolah

Minggu, 20 Juni 2021 18:36 WIB



Niatan untuk menggelar kembali pembelajaran secara tatap muka di sekolah diapresiasi oleh Wakil Ketua MPR Dr. H. Jazilul Fawaid. “Meski kapasitas siswa yang hadir di sekolah maksimal 50 persen namun hal yang demikian suatu langkah yang maju di saat pandemi Covid-19,” tuturnya, Jakarta, 20 Juni 2021. “Apalagi proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan protokol kesehatan yang ketat,” tambahnya.

Dengan digelarnya pembelajaran tatap muka, pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu membuat Indonesia terhindar dari ‘lost generation’ atau hilangnya masa depan generasi penerus bangsa. “Sudah setahun lebih anak-anak Indonesia tidak pergi ke sekolah,” ungkapnya. Hal demikian menurut pria yang akrab disapa Gus Jazil itu tidak hanya membuat bangsa ini terancam ‘lost generation’ namun juga bisa mengakibatkan anak-anak Indonesia malas belajar dan pergi ke sekolah. “Bahayanya bila mereka lebih memilih kerja,” tuturnya. Anak-anak bekerja disebut Gus Jazil memiliki produktifitas rendah dan diupah ala kadarnya.

Di tengah bangsa ini mulai membuka kembali sekolah, muncul varian baru Covid-19. Varian ini disebut memiliki daya penularan yang lebih cepat. Akibat varian baru ini menimbulkan lonjakan penularan. Bangkalan, Jawa Timur; Kudus, Jawa Tengah; dan Jakarta, merupakan tempat di mana varian baru itu ditemukan. Akibat varian baru itu menurut Wakil Ketua Umum DPP PKB ini membuat rumah sakit-rumah sakit menjadi penuh. “Sangat menyedihkan,” tuturnya.

Alumni PMII itu merasa prihatin dengan munculnya varian baru. Dengan ditemukannya varian baru dan terbuktinya semakin tingginya angka penularan membuat kondisi yang demikian mengancam dari proses pembelajaran tatap muka yang tengah berlangsung. “Prihatin dengan kondisi yang demikian,” ujar Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu.

Agar penularan tidak menjadi-jadi, Gus Jazil menyarankan agar proses pembelajaran tatap muka yang telah digelar di beberapa sekolah dan daerah ditunda atau dijadwalkan ulang. “Kita berada dalam pilihan yang sulit,” ujarnya. Dirinya menyebut sebaiknya mendahulukan kesehatan daripada yang lain. “Sebaiknya pembelajaran tatap muka ditunda sampai waktu yang memungkinkan untuk dibuka kembali,” tegasnya. Anak-anak Indonesia menurut alumni Program S3 Institut Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri itu perlu dilindungi dari wabah corona. “Sebab mereka adalah generasi muda penerus bangsa,” tuturnya. “Merekalah yang akan menggantikan kita,” tambahnya.

Menghadapi pandemi, apalagi dengan ditemukannya varian baru yang lebih berbahaya, Gus Jazil menegaskan kita tidak boleh pesimis, pasrah, apalagi putus asa. “Kita harus tetap optimis,” tegasnya pria yang juga pernah aktif di Pemuda Ansor itu.

Jalan untuk menghadapi pandemi menurut Gus Jazil selain pentingnya menjalankan protokol kesehatan 5 M, juga melakukan vaksinasi. “Ayo kita patuhi dan jalankan protokol kesehatan,” tuturnya. Dirinya mendorong masyarakat untuk segera melakukan vaksinasi. Diakui saat ini pemerintah telah memberikan vaksinasi kepada masyarakat di atas umur 18 tahun. “Masyarakat jangan ragu-ragu mengikuti vaksinasi yang digelar di puskesmas, balai desa, dan tempat-tempat yang telah ditunjuk,” paparnya.

Untuk menciptakan ‘herd imunity’ atau kekebalan massal, alumni Perguruan Tinggi Ilmu Quran itu mendorong agar pemerintah massif dalam melakukan vaksinasi. “Ini penting dan perlu,” paparnya. Gus Jazil yakin vaksinasi yang lebih massif bisa dilakukan oleh pemerintah sebab saat ini di Indonesia, vaksin yang ada tidak hanya satu merk atau jenis. “Ada vaksin merk lain yang telah digunakan oleh pemerintah,” paparnya.

Bila pemerintah massif dan mempercepat vaksinasi kepada masyarakat, Gus Jazil mengatakan lorong gelap yang selama ini mengukung masyarakat karena pandemi Covid-19 akan bisa dilalui. “Ayo pemerintah percepat dan massifkan vaksinasi”, tegasnya. 


Anggota Terkait :

Dr. H. JAZILUL FAWAID, SQ., M.A.