image

HNW : M. Natsir Selamatkan Cita-cita Kemerdekaan RI

Jumat, 04 Februari 2022 20:28 WIB

Jakarta,- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA mengajak Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA Persis) meneladani tokoh besar PERSIS, M Natsir. Khususnya dalam menjaga, menyelamatkan dan mensukseskan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Melalui Mosi Integral, 3 April 1950, di depan sidang DPR RIS, Buya M. Natsir  menyelamatkan cita-cita Indonesia Merdeka menjadi NKRI, karena sebelumnya sudah dipecah Belanda menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Pak Natsir memperjuangkan untuk kembali kepada cita-cita awal Indonesia Merdeka.  Yaitu,  menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan, pada saat Pak Natsir menjadi Perdana Menteri (1950) I di era NKRI jugalah Republik Indonesia resmi diterima menjadi negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa secara penuh. Sehingga Republik Indonesia diterima secara resmi oleh masyarakat dunia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, seperti negara-negara merdeka lainnya,” ujarnya saat menerima audiensi PP HIMA Persis dI Jakarta, Kamis (3/2/2022). Pada kesempatan, itu PP HIMA Persis menyampaikan rencana penyelenggaraan Muktamar HIMA Persis ke X di Serang, Banten, 24 Maret 2022.

Fakta sejarah ini menurut Hidayat perlu diingat, tidak ditinggalkan dan tidak dihilangkan oleh memori kolektif bangsa juga generasi milenial di Indonesia. Khususnya bagi para mahasiswa PERSIS. Karena Pak Natsir yang saat itu memimpin Partai Islam Masyumi juga Wakil Ketua Umum PERSIS. Sudah semestinya,  jika generasi muda, generasi milenial, khususnya HIMA PERSIS, menjaga, mensosialisasikan dan meneruskan peran menyejarah para tokoh  Bangsa termasuk dari Persis. Seperti M Natsir dan Ahmad Hassan, agar  terus ikut menjaga, merawat,  membela dan mensukseskan NKRI.

“Para tokoh itu memberi contoh sukses menjaga terlaksananya tujuan kemerdekaan Indonesia, dengan  menyatukan Indonesia kembali dalam NKRI. Serta membuktikan bahwa kelompok Islam baik Orpol maupun ormasnya selalu bisa berkontribusi dan berkolaborasi dengan seluruh warga bangsa. Sekalipun dari  latar belakang yang berbeda-beda, untuk terlaksananya cita-cita Indonesia Merdeka, menjadi NKRI. Dan bersama TNI menyelamatkan RI dari kudeta ideologis yang dilakukan oleh PKI, tahun 1948 dan  1965. Mereka membuktikan bahwa Umat Islam termasuk Generasi muda serta simbol-simbol yang menyertainya seperti Masjid dan Pesantren sangat berjasa bagi eksistensi NKRI. Mereka bukanlah radikalis, intoleran, atau teroris anti NKRI, sebagaimana yang sering diwacanakan dan dituduhkan belakangan ini,” jelasnya.

HNW berharap,  generasi muda dan milenialis umat Islam, termasuk  HIMA Persis, agar bisa mengkoreksi dan menjawab dengan bukti kongkrit dan karya nyata adanya kesalahan dari berbagai framing negatif terkait radikalisme, terorisme dan  intoleran. ”Ini  tantangan, agar para Mahasiswa dan generasi muda Muslim menghadirkan sikap kenegarawanan M Natsir yang  terbukti sangat toleran, tidak radikal dan tidak menteror. Bahkan, sangat moderat dan diterima oleh seluruh kekuatan politik dan militer. Sangat mencintai dan berjasa untuk negaranya. Sehingga selamat kembali pada cita-cita awal kemerdekaan Indonesia menjadi NKRI.  Bahkan diakui oleh lembaga internasional PBB sebagai anggota penuh. Itu semua bisa dilakukan kembali dan berlaku seterusnya, bila generasi muda dan seluruh komponen bangsa memahami sejarah perjuangan Bapak/Ibu Bangsa dengan komprehensif, serta mengamalkan Pancasila secara jujur, adil, baik dan benar,” ujarnya.

Framing kelompok Islam dengan radikalisme, terorisme dan sikap intoleran yang saat ini dikembangkan serta dituduhkan, kata HNW  bertentangan dengan jasa besar M Natsir, tokoh Partai dan Ormas Islam. Juga bertentangan dengan fakta ajaran Islam maupun laku Umat Islam. Dan kesalahan-kesalahan berulang yang menghadirkan Islamophobia itu juga dapat di-counter oleh HIMA Persis dengan aktif menyatukan Umat dan bangsa untuk meneladani M Natsir yang berjasa untuk eksistensi NKRI. Juga  melalui aktivitasnya  bersama seluruh komponen masyarakat, mengembangkan sikap, laku positif dan konstruktif dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, dilakukan dengan semangat toleran, inklusif, dan moderat.

“Dengan begitu HIMA Persis  bisa berkontribusi positif untuk bangsa dan negara. Deperti yang dicontohkan oleh M Natsir.  Melalui berbagai kreasi, kolaborasi dan kegiatan yang solutif, visioner dan bermanfaat untuk maju jayanya Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tambahnya.  

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS),  ini menegaskan komitmennya untuk tetap memperjuangkan 3 April, hari dimana M Natsir menyampaikan Mosi Integral yang mengembalikan Indonesia ke NKRI, untuk diperingati sebagai hari NKRI dan bulan April sebagai Bulan NKRI. “Ini sangat penting bukan hanya untuk Persis, organisasi asal Pak Natsir, tetapi juga bagi bangsa dan negara, dan eksistensi NKRI di tengah berbagai rongrongan yang bisa memecah NKRI.  Seperti separatisme dan adu domba dengan pembelahan di tengah masyarakat,” ujarnya.

“Sekarang, marak orang berteriak NKRI Harga Mati. Tapi membiarkan terjadinya framing negatif terhadap Umat Islam dengan issu intoleran, radikal, dan terorisme, yang potensial memperlemah kesatupaduan bangsa dan negara Indonesia. Padahal, apabila Pak Natsir, Tokoh Partai Islam dan Umat Islam waktu itu tidak menyampaikan  mosi integralnya agar menjadi NKRI, mungkin teriakan NKRI harga mati tidak akan ada sekarang ini, karena Indonesia sudah diubah menjadi RIS, dan waktu itu NKRI sudah dikubur oleh penjajah Belanda. Atau sekarang entah bagaimana nasib Republik Indonesia, mungkin malah sudah berantakan karena terpecah belah akibat berlanjutnya Republik Indonesia Serikat (RIS) yang sebagian negara bagiannya adalah boneka mainanan penjajah Belanda. Dengan Mosi Integral M Natsirlah, Indonesia selamat menjadi NKRI, dan generasi sekarang bisa meneriakkan slogan: NKRI Harga Mati! Fakta mensejarah ini harusnya tidak dilupakan apalagi dihilangkan dari  memori ingatan bangsa Indonesia. Harusnya diingat dan diperingati, salah satunya dengan menjadikan tanggal 3 April sebagai Hari Nasional Hari NKRI,” pungkasnya.


Anggota Terkait :

Dr. H. M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A.