image

HNW: Ramadan Buktikan Islam Ajarkan Moderasi Bukan Radikalisme

Senin, 03 Mei 2021 15:58 WIB

 

Jakarta,- Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA menuturkan, selama bulan Ramadan umat diajarkan untuk praktekkan ibadah murni dan kegiatan ibadah sosial.  Baik oleh umat Islam di Indonesia, maupun di seluruh dunia. Itu semakin menunjukan bahwa agama Islam mengajarkan moderasi dan toleransi, bukan radikalisme atau ekstremisme yang selama ini dituduhkan para penganut Islamophobia.

“Kegiatan sosial yang dilakukan sebagai bagian ibadah di bulan Ramadan mengkoreksi pandangan para Islamophobia bahwa Islam itu anti-sosial, tidak bisa membaur, kerap mengkafirkan dan membidahkan. Kegiatan sosial umat Islam ditingkat Nasional bahkan secara kolosal di tingkat dunia justru telah menunjukkan wajah Islam sesungguhnya, yakni inklusif, bisa bergerak bersama  yang lain, hadirkan beragama yang membantu dan menghormati orang lain dan mencintai kebersamaan,” ujarnya saat menyampaikan tausyiah Ramadhan dihadaoan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jakarta Selatan dan DPC PKS Kebayoran Lama di Jakarta Selatan, Minggu (2/5/2021).

HNW sapaan akrab Hidayat  mengatakan,  selama ini agama Islam kerap menjadi sasaran serangan Islamophobia yang menuduh bahwa Islam itu radikal, ekstrem, teroris, eksklusif, dan intoleran, dengan hanya melihat segelintir orang yang mengaku beragama Islam dan melakukan tindakan yang tercela. “Seharusnya yang dilihat bukan perilaku segelintir orang yang tidak mencerminkan ajaran Islam itu, tetapi justru mayoritas umat Islam di dunia yang selalu berupaya berkontribusi kepada masyarakat,” tukasnya.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menuturkan bahwa ajaran Islam di bulan Ramadhan ini yang paling utama adalah berpuasa yaitu internalisasi nilai dan ideologi saling menjaga serta mengalahkan emosi, ego, dan hawa nafsu. “Implementasi ini dalam konteks ibadah selama bulan Ramadan, sudah dilakukan bukan hanya dalam tataran personal, tetapi juga ditunjukan dalam berbagai kegiatan sosial yang berskala nasional bahkan internasional,”ujarnya.  

HNW mencontohkan selain berpuasa, selama Ramadhan juga ada kegiatan zakat yang mengajarkan saling peduli dan saling membantu kepada rakyat miskin (dhuafa), takjil (hidangan buka puasa) di jalan yang mengajarkan tentang guyub dan rukunnya sesama warga, hingga tarawih di masjid yang tidak lagi memiliki sekat-sekat di kalangan umat.

“Dengan pelaksanaan prokes Covid-19 yang ketat, masjid-masjid menyelenggarakan ibadah tarawih secara terbuka dan toleran, di mana yang datang sebagai jamaah adalah umat dari berlatar belakang Ormas atau Madzhab apapun. Ada yang salat tarawih dan witir 23 rakaat dan ada yang 11 rakaat. Mereka tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah Watoniyah,” jelasnya.  

Praktek beragama seperti ini kata Hidayat merupakan tradisi yang telah dicontohkan oleh para founding parents bangsa Indonesia sejak dulu. Dalam konteks sejarah, setidaknya ada banyak ajaran Islam dan peristiwa penting di dalam Islam yang melekat dalam sejarah bangsa Indonesia. “Karena proklamasi Kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia itu ternyata juga dikumandangkan pada tgl 9 Ramadan 1364 Hijriah,” tuturnya.

“Itu penting dimaknai bahwa dengan Ramadan, umat Islam dan bangsa Indonesia diingatkan peran mensejarah dan konstruktif Umat Islam dalam menghadirkan dan menjaga Indonesia Merdeka, agar generasi sekarang tidak buta sejarah, dan terjebak pada Islamophobia maupun Indonesiaphobia. Tetapi Umat harus terus istiqamah lanjutkan peran mensejarah tersebut untuk ikut menjaga dan memajukan NKRI,” tambahnya.

HNW menegaskan bahwa pengalaman ibadah dan kegiatan sosial selama  bulan Ramadan ini seharusnya bisa menunjukan bahwa Islam benar-benar agama yang Rahmatan lil Alamin (rahmat untuk seluruh alam), sehingga dapat menjadi bekal untuk memajukan kehidupan Umat dan  bangsa di bulan-bulan berikutnya, sehingga bertemu kembali dengan Ramadan tahun depan.


Anggota Terkait :

Dr. H. M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A.