image

Juri Debat Konstitusi: Saya Optimis, Kita Tak Akan Kekurangan Ahli Tata Negara

Senin, 28 Agustus 2017 11:55 WIB

Juri Debat Konstitusi dan Constitutional Drafting, Sarmuji, menilai acara yang digelar dalam rangkaian Pekan Konstitusi MPR, 26 hingga 31 Agustus 2017, merupakan suatu ikhtiar yang sangat bagus. “Kegiatan seperti ini harus dilanjutkan,” ujar anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar itu. Lebih lanjut dikatakan oleh alumni Universitas Jember itu, Pekan Konstitusi MPR merupakan kegiatan selain untuk mensosialisasikan Empat Pilar, juga sebagai cara untuk memperkuat kemampuan mahasiswa untuk terus-menerus belajar tata negara yang berkaitan dengan UUD NRI Tahun 1945.

Saat dirinya menjadi juri pada babak penyisihan debat konstitusi, 28 Agustus 2017, di Ruang Delegasi, Gedung Nusantara IV, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, dirinya mengamati debat yang ada sangat luar biasa. “Jauh dari ekspetasi saya,” ungkapnya. Dikatakan, para peserta berdebat seolah-olah adalah para ahli. “Baik yang pro maupun kontra,” paparnya.

Para peserta itu, disebut Sarmuji, menyampaikan argumentasi yang jelas, baik filosofi, yuridis, maupun sosiologisnya. “Sehingga saya merasa optimis kita tidak akan kehilangan dan kekurangan ahli-ahli tata negara pada masa yang akan datang,” ungkapnya. Kegiatan seperti ini, diharapkan pesertanya diperluas agar seleksinya lebih ketat, pertarungan ide dan gagasan menjadi lebih intensif. “Kita berharap bibit-bibit terbaik yang akan muncul dalam kontestasi ini,” harapnya.

Dikatakan oleh anggota juri yang lain, Anna Mu'awanah, diharapkan para peserta untuk lebih mengeskplore materi dalam perdebatan. Diungkapkan, dalam debat itu ada teknik sehingga kita bisa mengatur kuota waktu. “Tadi ada yang mengulang-ulang kalimat,” ujar perempuan anggota MPR dari Fraksi PKB itu. Dirinya juga mengharap agar peserta tidak terburu-buru menyampaikan gagasan sehingga tidak kelihatan ‘ngos-ngosan’ dalam berdebat.

Sesjen MPR, Ma’ruf Cahyono, yang dalam kesempatan itu juga menjadi juri, dirinya memberi apresiasi kepada peserta debat. Diakui tak mudah untuk membangun argumentasi. “Inilah debat dalam rangka membangun sistem,” ujarnya. Peserta disebut sudah mendiskusikan dalam konsep dan implementasi dalam argumennya. “Tak ada pendapat salah dan benar tetapi yang ada adalah pengayaan argumentasi,” tegasnya.

Salah satu peserta debat, Fitriyah, mengakui acara seperti itu bagus. “Buat mengakomodir aspirasi,” ujar mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara itu. Acara ini dikatakan sangat penting sebab diakui banyak generasi muda yang mulai lupa pada Empat Pilar. “Dengan acara ini bisa menyadarkan kembali,” paparnya. Tim dari perguruan tinggi favorit di Sumatera Utara itu mempersiapkan diri selama sebulan. “Kita belajar penyampaian, urutan, dan substansinya,” akunya.

Dalam Pekan Konstitusi MPR itu peserta dibagi dalam dua katagori, yakni Constitutional Drafting dan Debat Konstitusi. Peserta itu adalah Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, Universitas Sebelas Maret, Universitas Pelita Harapan, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Indonesia, Universitas Pattimura, Universitas Sumatera Utara, Universitas Hasanuddin, Universitas Udayana, Universitas Islam Negeri Walisongo, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Brawijaya, dan Universitas Airlangga.