image

HNW : Jangan Melupakan Jasa Ulama

Sabtu, 16 Februari 2019 15:55 WIB

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid meminta generasi muda agar pro aktif mencari dan menggali nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Supaya mereka bisa mengerti, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bukan malah tak peduli terhadap nilai-nilai luhur bangsa, dan mengambil paham-paham dari luar yang belum tentu sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.

&doublequote;Di era informasi dan keterbukaan seperti sekarang, ini sangat mudah mencari dan mempelajari nalai-nilai yang ada di dalam Pancasila. Jangan cuek, atau menyalahkan orang lain, mengapa kita tidak mengenal Pancasila&doublequote;, kata Hidayat menambahkan.

Pernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid menjawab pertanyaan salah seorang peserta Sosialisasi Empat Pilar MPR dikalangan pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Kota Depok. Acara tersebut berlangsung di Ruang Teratai Gedung Pertemuan Kota Depok, Sabtu (16/2). Ikut hadir pada acara tersebut Walikota Depok Muhammad Idris, dan Wakil Ketua Karang Taruna Jawa Barat Imam Budi Hartono.

Pada sesi tanya jawab, ada seorang peserta yang mengaku tidak begitu paham dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Bahkan menurutnya, banyak generasi milenial seusianya yang tidak memahami apa itu Pancasila. Padahal dalam pemaparannya, Hidayat mengatakan, MPR sudah banyak melakukan sosialisasi diberbagai kalangan. Termasuk remaja dan anak-anak sekolah.

Saat menyampaikan sosialisasi, Hidayat antara lain mengatakan, lahirnya Indonesia tak lepas dari kebesaran hati para ulama. Para ulama mau mengalah, tidak mendahulukan egonya, semata-mata agar Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus bisa tetap berdiri. Karena itu, selain jas merah generasi muda harus ingat pada jas hijau (jangan melupakan jasa ulama).

&doublequote;Indonesia yang diproklamirkan 17 Agustus, nyaris bubar jika para ulama menolak usulan AA. Maramis yang menolak Piagam Jakarta. Bisa saja ulama menolak usulan itu, dengan alasan mayoritas masyarakat Indonesia itu muslim, dan jika Piagam Jakarta tidak disetujui kami akan memutuskan tidak bergabung dengan NKRI&doublequote;, kata Hidayat menambahkan.

Tetapi, sikap seperti itu kata Hidayat tidak muncul. Sebaliknya, para ulama setuju, mereka mau menerima usulan AA. Maramis, dan menghapus tujuh kata dalam piagam Jakarta, sehingga bunyinya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Itu dilakukan, semata mata agar negara Indonesia yang lahir pada 17 Agustus bisa dipertahankan.