image

Mahyudin: Jadi Bangsa Pintar Agar Menjadi Tuan Rumah Di Negeri Sendiri

Senin, 11 Februari 2019 07:05 WIB

&doublequote;Kadang orang mengatakan Pancasila tidak terlalu penting padahal bangsa Indonesia tumbuh sebagai bangsa yang kokoh karena ditopang pondasi yang kuat yakni Pancasila&doublequote;, ujar Wakil Ketua MPR Mahyudin saat Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika di hadapan ratusan anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Wilayah  Kalimantan Timur, di Education Center, Samarinda, 10 Februari 2019.

Untuk meluruskan pemahaman yang demikian, menurut Mahyudin, MPR melakukan sosialisasi. Baginya, Sosialisasi Empat Pilar sangat penting apalagi di tengah perubahan yang terjadi di masyarakat yang begitu luar biasa. &doublequote;Dulu masyarakat suka silaturahmi&doublequote;, paparnya. Hal demikian sekarang jarang terjadi. Perubahan semakin mengkhawatirkan ketika tontonan jadi tuntunan. &doublequote;Tak ada lagi tokoh yang bisa menjadi tuntunan&doublequote;, ungkapnya. Elit politik dan masyarakat menurutnya lebih suka terlibat perdebatan meski apa yang dilakukan itu tak produktif dan tanpa solusi. &doublequote;Kita butuh kritik namun sifatnya yang membangun&doublequote;, tuturnya.

Ditegaskan oleh pria asal Kalimantan itu bahwa bangsa ini bisa merdeka berkat perjuangan para pahlawan yang dilakukan dengan tidak mudah. &doublequote;Mengorbankan jiwa, raga, dan tetes darah serta air mata&doublequote;, ucapnya.

Di tengah kemerdekaan yang diperjuangkan para pahlawan, Mahyudin mengajak pada semua terutama guru untuk mengisinya. &doublequote;Kita isi kemerdekaan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa&doublequote;, ujarnya. Di sinilah menurutnya tugas guru menentukan. Baginya guru tak hanya mengajar namun juga mendidik. &doublequote;Mendidik adalah menciptakan manusia dari yang tidak apa-apa menjadi berguna&doublequote;, tuturnya.

Bangsa ini menurutnya harus pintar. Bila pintar membuat kita tak tergantung pada asing. Kepintaran inilah yang menjadikan rakyat Indonesia menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, bukan bangsa kuli. &doublequote;Kita ingin menjadi bangsa yang produktif bukan konsumtif&doublequote;, terangnya. Untuk mencapai itu dirinya mengajak pada semua untuk melupakan hal-hal yang mempunyai potensi perpecahan. &doublequote;Jangan kekompakan&doublequote;, ucapnya.

Diingatkan menjaga kekompakan itu sangat penting. Belajar pada pengalaman masa lalu, bangsa ini bisa dijajah ratusan tahun oleh bangsa Eropa bukan karena bangsa Eropa hebat namun mereka pandai mengadudomba. &doublequote;Pandainya mereka cuma mengadudomba&doublequote;, paparnya. Bangsa ini memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal inilah yang ingin dimiliki asing sehingga mereka menjajah Indonesia dengan cara mengadudomba. Perilaku mengadudomba untuk menjajah bangsa lain karena kekayaan alamnya sekarang diterapkan di Timur Tengah. &doublequote;Karena bangsa Timur Tengah kaya minyak&doublequote;, ungkapnya.

Untuk menumbuhkan rasa persatuan di masyarakat menurut Mahyudin MPR melakulan sosialisasi. Beberapa tahun selepas reformasi, diakui pemantapan ideologi bangsa tidak dilakukan sehingga, menurut cerita Mahyudin, ia pernah didatangi seseorang yang ingin mata pelajaran PMP diberikan lagi di sekolah. Apa yang diinginkan oleh masyarakat itu sudah dilakukan oleh MPR dengan bertemu Menteri Pendidikan Nasional. MPR kepada menteri mengatakan bahwa PMP perlu diberikan lagi di sekolah.

Mahyudin mengharap agar dalam dunia pendidikan tidak terjadi ego sektoral. Ia menyayangkan pendidikan agama dan umum dipisah dalam dunia kementerian. Dirinya ingin agar pendidikan agama dan umum di bawah satu kementerian agar anggaran pendidikan sebesar 20 persen merata.