image

Ketua MPR RI Bamsoet Tegaskan Penanaman Nilai Luhur Pancasila Harus Menyentuh Seluruh Elemen Bangsa

Jumat, 07 Oktober 2022 19:38 WIB

JAKARTA- Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menuturkan ikhtiar untuk membangun benteng ideologi haruslah termanifestasi pada langkah-langkah yang terintegrasi pada semua lini. Penanaman nilai-nilai Pancasila harus menyentuh segenap elemen bangsa, mengisi seluruh dimensi ruang publik, serta hadir konsisten dalam ruang akademik.

"Kita menyambut baik dan mendukung sepenuhnya Pencanangan kurikulum Pendidikan Pancasila dalam sistem pendidikan nasional yang digagas oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Setelah sekian lama Pancasila terasing dan terpinggirkan, kini Pancasila kita teguhkan kembali sebagai bagian integral yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional," ujar Bamsoet pada acara Talkshow Alpensouth Festival 2022 SMA Al Azhar 2 Pejaten secara daring di Jakarta, Jumat (7/10/22).

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, sebagai instrumen fundamental dan faktor kunci kemajuan bangsa, pendidikan harus mampu melahirkan sumber daya manusia pembangunan yang memiliki karakter dan jati diri. Guna membangun generasi bangsa yang berhati Indonesia dan berjiwa Pancasila, dibutuhkan komitmen dan kesadaran kolektif dari segenap elemen bangsa untuk bahu-membahu, bergotong royong, bekerjasama dan bekerja bersama, serta mengedepankan prinsip sinergi dan kolaborasi.

"Harus menjadi kesadaran kolektif, bahwa proses internalisasi dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila harus dilakukan secara masif, sehingga menjangkau seluruh elemen masyarakat. Selain, menjadi proses yang berkesinambungan, sehingga tertanam kuat dan tidak mudah tercerabut oleh gelombang peradaban, tidak berhenti atau dibatasi oleh periodisasi zaman apalagi rezim pemerintahan," kata Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, patut disyukuri setelah melewati usia 77 tahun sejak kelahirannya, dan setelah ditempa dan diuji oleh berbagai tantangan dan dinamika zaman, Pancasila tetap kokoh tidak tergoyahkan sebagai ideologi dan dasar negara. Namun, di sisi lain, terdapat keprihatinan kemampuan untuk mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, tidak dapat serta merta dimaknai bahwa nilai-niai Pancasila telah diimplementasikan secara optimal, murni dan konsekuen. Hal ini dapat dirujuk pada berbagai hasil survei yang dilakukan mengenai implementasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

"Misalnya hasil survey CSIS yang mengindikasikan 0 sekitar 10 persen generasi milenial setuju mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain. Kemudian hasil survei Komunitas Pancasila Muda yang dilakukan pada akhir Mei 2020, mencatat bahwa hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju bahwa nilai-nilai Pancasila sangat penting dan relevan dengan kehidupan mereka, sementara 19,5 persen di antaranya menganggap Pancasila hanya sekedar istilah yang tidak dipahami maknanya," urai Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, pada bulan Juni yang lalu, hasil survei SMRC juga mengisyaratkan bahwa dari tingkat yang paling elementer sekalipun, pengetahuan dasar masyarakat tentang Pancasila masih belum optimal, dengan skor 64,6 atau dalam kategori 'sedang'. Hasil survei SMRC juga mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil survei, komitmen publik terhadap nilai-nilai Pancasila, dan bagaimana nilai nilai Pancasila itu direalisasikan dalam kehidupan berbangsa, masih berada dalam level moderat atau sedang-sedang saja.

"Di samping rujukan berbagai hasil survei, kita juga dapat merasakan terpinggirkannya nilai-nilai Pancasila pada beragam fenomena sosial yang berkembang di masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, derasnya arus globalisasi telah mempengaruhi beragam aspek kehidupan melalui produk dan gaya hidup yang dikemas dan ditampilkan sedemikian rupa sehingga terlihat sangat menarik. Globalisasi juga menjadi perantara atas hadirnya faham, gaya hidup, budaya asing, yang tidak selaras, berseberangan, atau bahkan menegasikan nilai-nilai luhur Pancasila," pungkas Bamsoet. (*)


Anggota Terkait :

Dr. H. BAMBANG SOESATYO, S.E., S.H., M.B.A.