image

Pencabutan Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967, Fadel Muhammad: Pikiran Bung Karno Perlu Dikuatkan Kembali

Selasa, 10 September 2024 17:00 WIB

Bertempat di Ruang Delegasi, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, 9 September 2024, MPR menggelar acara ‘Silaturahmi Kebangsaan Pimpinan MPR Dengan Presiden V Republik Indonesia Dan Penyerahan Surat Pimpinan MPR Kepada Keluarga Bung Karno Tentang Tidak Berlakuknya Lagi Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967’.

Hadir dalam acara itu Ketua MPR Dr. H. Bambang Soesatyo, BA., SE., SH., MBA; para Wakil Ketua MPR yakni, Dr. Ahmad Basarah, SH., MH; H. Ahmad Muzani, SSos; Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, Lc., MA; dan Prof. Dr. Ir. H. Fadel Muhammad. Juga hadir Menteri Hukum dan HAM Dr. Supratman Andi Agtas.

Hadir dari Keluarga Bung Karno, yakni Prof. Dr (HC). Hj. Megawati Soekarnoputri, Guntur Soekarnoputra, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra. Di antara ratusan undangan yang lainnya, juga banyak hadir anggota MPR/DPR dari Fraksi PDIP, serta Plt. Sesjen MPR Siti Fauziah, SE., MM.

Dalam acara yang diliput oleh banyak media massa itu dilakukan penyerahan dokumen dari Pimpinan MPR kepada Menteri Hukum dan HAM dan Keluarga Bung Karno. Dinyatakan dalam acara tersebut bahwa MPR resmi menyetujui pencabutan TAP MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Pemerintah Negara dari Presiden Soekarno. Dalam tap yang ada berbunyi Presiden Sukarno disebut melindungi tokoh-tokoh Partai Komunis Indonesia (PKI). Dengan pencabutan tap tersebut maka segala tuduhan yang ditujukan kepada Soekarno menjadi gugur dan tidak terbukti.

Fadel Muhammad kepada wartawan yang men-door stop dirinya mengatakan bahwa acara MPR yang digelar hari ini sangat luar biasa. Tentang adanya pencabutan tap tersebut dan rencana pemberian dokumen menurutnya sudah disampaikan oleh pimpinan MPR saat melakukan silaturahmi kebangsaan di kediaman Megawati. “Namun Ibu Mega ingin kabar pencabutan tap itu dan pemberian dokumen digelar di MPR”, ungkapnya.

Harapan dari Presiden V Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum PDIP itu agar seluruh rakyat dan bangsa Indonesia mengerti bahwa langkah politik yang dilakukan pada tahun 1967 merupakan kekeliruan masa lalu. “Pimpinan MPR setuju usulan Ibu Mega dan kita buat acaranya pada hari ini”, ujar Fadel Muhammad.

Dalam acara tersebut, putra pertama Soekarno, Guntur mewakili pihak keluarga menyampaikan sambutan atau pidato atas tidak berlakunya kembali Ketetapan MPRS No. XXXIII. Fadel Muhammad tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Guntur. “Sangat menarik”, ujar pria alumni ITB itu.

Dalam sambutan, Guntur menyampaikan pikiran-pikiran Bung Karno. Jadi tidak mungkin seorang proklamator menjadi pengkhianat bangsa. “Mas Guntur juga mengungkap apa yang selama ini orang tidak berani bicarakan”, tutur pria yang pernah menjadi Gubernur Gorontalo dua periode itu.

Diungkap dalam sambutan tersebut bahwa Soekarno mengemukakan gagasan-gagasan tentang sosialisme. Meski demikian sosialisme yang diinginkan adalah sosialisme yang berketuhanan dan untuk kepentingan rakyat. Kata sosialisme oleh sebagaian orang dianggap berkonotasi negatif. “Tetapi pikiran Soekarno tentang sosialisme tidak demikian. Sosialisme yang ingin dikembangkan adalah sosialisme yang berketuhanan dan untuk kepentingan rakyat”, ujar Fadel Muhammad. “Kalau saya memahami ini adalah sosialisme Islam”, tambah pria yang juga menjadi Guru Besar Universitas Brawijaya itu.

Ditegaskan oleh Fadel Muhammad, bila Soekarno tidak mengembangkan sosialisme maka paham liberalisme dan kapitalisme akan berkembang kuat di tanah air.

Hal-hal demikian menurutnya perlu didiskusikan kembali dan perlu diangkat ke permukaan. Diakui selama ini muncul gap yang dalam antara orang kaya dan miskin. Jumlah orang kaya dan miskin disebut seperti piramida. “Ini bisa terjadi karena meninggalkan pikiran-pikiran Bung Karno”, tuturnya. Dengan pencabutan tap tersebut, dirinya berharap agar pikiran Presiden I itu dikuatkan kembali.    

Selepas acara, Fadel Muhammad mengatakan Keluarga Bung Karno, terutama Guntur dan Megawati mengucapkan terima kasih kepada MPR. “Ibu Mega sampai terharu dan berkaca-kaca matanya”, ungkapnya. “Di usianya yang sudah semakin sepuh, Mas Guntur bisa melihat nama Bapaknya dipulihkan”, tambahnya.


Anggota Terkait :

Prof. Dr. Ir. FADEL MUHAMMAD