image

Terima Aktivis Mahasiswa Se-Jadebek, HNW : Para Mahasiswa Harus Menguatkan Intelektualisme, Lanjutkan Peran Mensejarah, Jangan Alergi Politik

Senin, 17 Oktober 2022 20:49 WIB

Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid mengharapkan para aktivis mahasiswa yang terhimpun dalam Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) se Jakarta, Depok dan Bekasi untuk menguatkan sisi aktivismenya dengan mengokohkan komitmen kebangsaan, intelektualisme, dan keberanian untuk melanjutkan peran mensejarah, yang sudah dicontohkan oleh aktivis pemuda sebelumnya seperti Jong Islamieten Bond. Dengan menguatkan intelektualisme dan aktivismenya, maka para mahasiswa bisa melanjutkan sejarah dan mengulangi peran-peran yang telah dilakukan anak muda muslim Jong Islamieten Bond dalam Sumpah Pemuda, maupun peran para pendiri bangsa yang terlibat langsung menghadirkan Indonesia merdeka.

“Agar tidak kehilangan orientasi, para aktivis mahasiswa harus menguasai dan memahami sejarah bangsa. Dengan itu idealisme dan aktivismenya akan terjaga secara baik dan benar. Mereka perlu memahami bagaimana kiprah anak-anak muda yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond, juga para pendiri bangsa anggota BPUPKI, Panitia Sembilan, anggota PPKI. Mereka semua adalah anak-anak muda, orang-orang terpelajar dan sekaligus juga aktivis. Mahasiswa generasi milenial, yang menikmati kemerdekaan Indonesia hasil perjuangan pemuda-pemuda pahlawan bangsa, tidak boleh kalah, bahkan penting menjadikan keteladanan mereka sebagai bingkai ideologi, intelektualisme dan aksi,” kata Hidayat Nur Wahid ketika menerima pengurus FSLDK Jakarta, Depok, dan Bekasi (Jadebek), di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III Lantai 9, Kompleks MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Senin (17/10/2022).

Menurut Hidayat Nur Wahid, para pendiri bangsa yang terlibat secara langsung hadirkan Indonesia merdeka, seperti BPUPKI, Panitia Sembilan, PPKI adalah orang-orang yang sangat cerdas dan terpelajar serta aktivis organisasi baik organisasi politik maupun organisasi massa. Ini mudah terlihat dari gelar-gelar akademik yang disandang para pendiri bangsa, seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Mohammad Yamin, K.H. Abdoel Kahar Moezakir yang kuliah sampai ke Universitas Al Azhar Mesir, maupun otodidak H. Agus Salim, yang menguasai banyak bahasa asing, maupun yang nyantri di Indonesia tapi sangat berbobot seperti KH Wahid Hasyim.

Untuk itu, kata Hidayat, para mahasiswa muslim yang tergabung dalam FSLDK perlu menguatkan sisi intelektualisme, dan aktivismenya untuk memaksimalkan kontribusi kebangsaan. “Anak-anak muda sekarang dan ke depan, generasi milenial, Z dan alpha, menghadapi tantangan kompetisi eksistensi dan profesionalitas yang tinggi. Jadi, tidak cukup hanya sekadar menamatkan kuliah atau menjadi aktivis. Profesionalitas dan keberanian berperan, juga sangat penting. Profesionalitas ini menjadi tantangan dan FSLDK yang menghimpun mahasiswa muslim, harus peduli dengan tantangan zaman ini. Karena itu juga ajaran inti Islam untuk menjadi rahmatan lil alamin,” kata HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid.

HNW menambahkan profesionalime itu bisa diartikan melanjutkan sejarah sehingga bisa mengulangi dan melanjutkan peran-peran yang telah dilakukan anak-anak muda generasi Jong Islamieten Bond, atau yang nantinya berperan sebagai para pendiri bangsa. Peran-peran itu semakin mutlak diperlukan menghadapi tantangan saat ini dan ke depan. “Sehingga kegiatan FSLDK menjadi kegiatan yang melanjutkan sejarah agar mahasiswa tidak antipolitik, justru berani tampil berperan konstruktif untuk bangsa dan NKRI, karena mereka sudah mempunyai landasan ideologis dan aktivisme yang kuat, sehingga mereka tidak gamang untuk memberi kontribusi bagi umat, bangsa, dan untuk menyelamatkan Indonesia dari beragam hal yang ingin mengembalikan penjajahan terhadap bangsa ini,” jelasnya.    

Pada waktu lalu, lanjut HNW, Bung Karno menyebut penjajahan kembali sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI itu sebagai neo-kolonialisme (nekolim). “Neo-kolonialisme bukan lagi penjajahan dalam bentuk fisik, maupun militer, tetapi kolonialisme dalam bentuk budaya, pemikiran, ekonomi, teknologi informasi. Ini yang sedang terjadi saat ini, seperti hegemoni oligarki, utang luar negeri, infiltrasi budaya asing, informasi yang memecahbelah/menyesatkan. Bung Karno sudah mengingatkan pentingnya waspada akan bahayanya nekolim (neo kolonialisme),” kata Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS ini.

Dalam konteks melanjutkan sejarah Jong Islamieten Bond, dan para pendiri bangsa, HNW menyebutkan memang dari dulu Indonesia memberi ruang bagi tampil berperannya pemuda muslim. Sehingga tidak ada hambatan bagi muslim atau aktivis muslim untuk berperan dan berkontribusi untuk kemajuan umat, bangsa, dan negara. “Peluang itu terbuka sekalipun akan ada tantangan, yang mestinya justru menggairahkan kiprahnya anak muda. Maka dengan adanya Momentum Sumpah Pemuda 28 Oktober, di saat warga bangsa memasuki tahun politik, para pemuda muslim mestinya makin memahami sejarah dan peran mensejarah yang bisa dilakukan generasi muda, sehingga tidak alergi dengan perpolitikan. Justru berani tampil mencerahkan rakyat agar dapat menggunakan hak konstitusionalnya, untuk menyelamatkan masa depan bangsa dan NKRI," tuturnya.

“Merujuk sejarah Jong Islamieten Bond pada Sumpah Pemuda dan keterlibatan para aktivis terpelajar di BPUPK, Panitia Sembilan dan PPKI, kita dapat mengatakan bahwa Indonesia ini adalah warisan para generasi muda terpelajar, termasuk dari kalangan pemuda muslim, mereka para para aktivis yang serius cinta terhadap Indonesia. Hal ini perlu dipahami agar anak-anak muda sekarang tidak terjebak dengan framing dan budaya kaum milenial maupun generasi Z yang sering disebut sebagai anti sosial dan anti politik. Padahal melalui politik, para pemuda telah membuktikan mereka bisa berjasa memerdekakan Indonesia. Generasi muda sekarang, kaum milenial maupun generasi Z, penting persiapkan diri, lanjutkan peran mensejarah isi kemerdekaan Indonesia agar sesuai dengan cita-cita Proklamasi dan Reformasi, dengan memerdekakan Indonesia dari kaum Nekolim(neo kolonialisme),” sambungnya.

HNW mengharapkan para mahasiswa dan aktivis kampus jangan melihat masa depan gelap sehingga takut dan khawatir yang justru membuat tidak melakukan apa-apa. “Negeri ini tidak menutup kreasi generasi umat Islam untuk berkontribusi dan menghadirkan keunggulan-keunggulan. Mahasiswa adalah bagian dari sejarah, dan sejarah peran pemuda Indonesia baik muslim maupin non muslim telah memberikan contoh konkrit yang menjadi pelajaran dan teladan, sukses berjuang dan berbakti untuk bangsa dan NKRI,” pungkasnya.    

Dalam pertemuan itu, Ketua Umum FSLDK Jadebek Muhammad Faisal Syakir menyampaikan undangan kepada Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA sebagai narasumber pada Rapat Pimpinan Daerah I Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Jakarta Depok Bekasi (FSLDK Jadebek) pada Jumat, 21 Oktober 2022 di Universitas Nasional, Jakarta. Rapimda I diikuti sekitar 200 orang dari 70 LDK antara lain dari UI, Unas, Universitas Bina Nusantara (Binus), President University.


Anggota Terkait :

Dr. H. M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A.