image

Aktualisasi Nilai Pancasila

Selasa, 11 Agustus 2015 22:23 WIB

Jakarta- Wacana lunturnya pemahaman pancasila sebagian besar rakyat Indonesia terutama generasi muda pasca reformasi bergulir, sduah banyak dibicarakan dalam berbagai forum.  Tergerusnya nilai-nilai luhur Pancasila seiring sejalan dengan makin deras masuknya globalisasi di Indonesia, dutambah dengan makin modernya sarana teknologi informasi yang makin tak terbendung masuk bahkan sampai ke tempat tidur anak.

Namun, bangsa ini tak bisa menyalahkan derasnya globalisasi dan modernisasi secara serampangan.  Globalisasi dan modernisasi adalah sesuatu yang tidak bisa dibendung. Solusi terbaik adalah dengan membentengi bangsa ini untuk meminimalisir dampak negatif pengatuh globalisasi.

Pimpinan Fraksi PPP MPR RI Reni Marlinawati termasuk yang concern terhadap masalah tersebut.  Dalam acara Dialog Empat Pilar MPR RI yang ditayangkan stasiun televisi Berita Satu, Senin malam ( 10/8 ), pukul 20.00 WIB, Reni mengungkapkan bahwa lunturnya nilai-nilai luhur bangsa di hati anak bangsa Indonesia, disebabkan banyak anak bangsa ini yang tidak peduli lagi akan nilai luhur bangsanya atau Pancasila.

"Pasca reformasi, Pancasila seperti barang asing yang tidak perlu dikenal bahkan tidak dibicarakan lagi. Jangankan mengamalkan Pancasila, memahami bahkan mengenalpun tidak lagi.  Inilah yang terjadi," ujarnya.

Bahkan, lanjut Reni, ada sebagian masyarakat yang mengatakan bahwa tidak perlu mengamalkan Pancasila sebab Pancasila bukan agama.  Pancasila memang bukan agama.  Pancasila adalah kompilasi nilai-nilai luhur bangsa ini yang susah payah diramu oleh pendiri bangsa kita, termasuk didalamnya adalah nilai-nilai agama.

"Jadi mengamalkan Pancasila, termasuk mengamalkan nilai-nilai agama," tegasnya.

Bangsa ini, menurut Reni, harus membuka mata lebar-lebar, Pancasila adalah benteng bangsa ini menghadapi dampak negatif serbuan globalisasi dan modernisasi.  Berpegang teguh pancasila dengan jalan mengenalnya, memahaminya kemudian mengamalkannya akan melindungi semua kekayaan bangsa ini terutam budaya dan karakteristik khas bangsa Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama dosen peneliti Fakultas Hukum Universitas Pancasila Yamin, SH, MH, mengatakan bahwa masalah lunturnya Pancasila, jika ingin mempelajari lebih jauh, masalahnya ada di sistem pendidikan nasional Indonesia.  Dalam UU Sisdiknas di masa reformasi secara tidak sengaja membuang mata pelajaran penting yakni Pancasila.

Di generasi jauh sebelum era reformasi bergulir, di setiap jenjang pendidikan ada yang namanya penataran P4. Di jenjang pendidikan menengah dan atas, semua mengenal pelajaran PMP ( Pendidikan Moral Pancasila ), jika saja pelajar tidak lulus mata pelajaran tersebut maka sudah dijamin tidak naik kelas atau tidak lulus. Jelas sekali pendidikan karakter sangat ditekankan sistem pendidikan sebelum era reformasi.

"Tidak adanya atau dihilangkannya mata pelajaran Pancasila dalam sistem pendidikan nasional kita, membuat satuan pendidikan di dasar, menengah dan atas menjadi gamang.  Tapi sekarang di perguruan tinggi, alhamdulillah mata pelajaran Pancasila sudah masuk ke dalam kurikulum, itu adalah sesuatu yang baik.  Intinya adalah di pendidikan, Pancasila harus masuk dalam tatanan sistem pendidikan nasional," tandasnya./der