image

Mencari Format Sosialisasi Yang Menggembirakan

Minggu, 11 Oktober 2015 06:25 WIB

Kepala Biro Hubungan Masyarakat MPR RI Ma'ruf Cahyono saat menyampaikan sambutan pada pembukaan pagelaran Wayang golek di Pandeglang pada Sabtu (10/10) malam mengatakan MPR tak akan bosan untuk terus melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR RI. Bahkan MPR akan terus meningkatkan metode sosialisasi yang dilaksanakan selama ini. Salah satunya menggunakan sarana seni budaya tradisional. 

Dengan memanfaatkan sarana seni budaya tradisonal, kata Ma'ruf MPR berharap,  masyarakat bisa mengenal dan mengetahui empat pilar dengan cara yang lebih gampang dan lebih disukai. Sehingga materi empat pilar bisa diterima dan diresapi denganlebih  baik. Tanpa paksaan dan tidak memakai cara indoktrinasi. 

Pada kesempatan tersebut Ma'ruf mengingatkan kembali akan manifesto gerakan Ini Baru Indonesia yang dikampanyekan  Pimpinan MPR  Periode 2014-2019. Yaitu gerakan yang mengajak bangsa Indonesia untuk bersatu, hidup rukum dan tidak menggunakan cara-cara kekerasan dalam menyelesaikan persoalan. Juga mengutamakan perdamaian diatas keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. 

Sementara Bupati Pandeglang Drs. H. Erwan Kurtubi, MM berharap kesenian Wayang golek  bisa menjadi tuntunan dan tontonan bagi seluruh rakyat. Yaitu tontonan yang menghibur serta mengajarkan tuntunan hidup yang baik bagi masyarakat.  Selain itu ia juga berharap, empat pilar dapat tumbuh subur dan dipraktekken dalam kehidupan sehari-hari. 

Pagelaran wayang golek di alun-alun kabupaten Pandeglang menampilan dalang Kang Apep A. S. Hudaya S. Sos, dengan lakon  Bisma Rubuh. 

Lakon Bisma Rubuh merupakan kisah dalam sengketa negara Astina. Dalam perselisihan itu, akhirnya terjadi juga perang saudara yang bernama Bharatayuda. Bharatayuda adalah perang melawan Karma dan semua yang terlibat pada perang itu tidak bisa bersembunyi. Hari pertama Perang "Jaya Binangun" atau perang koalisi antara Pandawa dan Kurawa ini telah menelan korban, dari mulai prajurit, satria dan raja-raja. 

Di hari kedua yang menjadi senopati dari pihak Kurawa adalah Resi Bisma, seorang Resi yang amat sakti dan disegani. Sementara pihak Pandawa kebingungan mencari lawan tanding yang sepadan. Namun, Sri Kresna berkehendak lain, ia mengutus  seorang wanita yang pemberani bernama Srikandi untuk melawan sang Resi. Secara mengejutkan Bisma dapat di"rubuh"kan oleh seorang Srikandi, karena akibat dari Karma yang telah diperbuatnya.